Kamis, 13 Agustus 2009

Auditing

SEKILAS TENTANG AUDITING

Berikut ini ada sekilas mengenai auditing, apabila ada yang penjelasan yang keliru, silakan untuk di koreksi.

1. Syarat bahan bukti audit :
Syarat bahan bukti audit yang handal
Kompetensi berarti sampai dimana suatu bukti dianggap dapat dipercaya atau dipegang
(relevansi, kebebasan pemberi bukti, obyektivitas bukti)



SEKILAS TENTANG AUDITING

Berikut ini ada sekilas mengenai auditing, apabila ada yang penjelasan yang keliru, silakan untuk di koreksi.

1.Syarat bahan bukti audit :
Syarat bahan bukti audit yang handal
Kompetensi berarti sampai dimana suatu bukti dianggap dapat dipercaya atau dipegang
(relevansi, kebebasan pemberi bukti, obyektivitas bukti)
Kecukupan bukti, menentukan besarnya sampel
Ketepatan waktu
Hasil gabungan
Jenis – jenis bukti audit
· Pemeriksaan fisik, adalah pemeriksaan atau perhitungan oleh auditor atas aktiva yang berwujud. Jenis bukti ini paling sering dihubungkan dengan persediaan barang dan uang kas, tapi bisa juga diterapkan dalam verifikasi surat – surat berharga, wesel tagih dan aktiva tetap yang berwujud.
· Konfirmasi adalah penerimaan jawaban tertulis dari pihak ketiga yang independen , yang menguji ketepatan informasi yang diminta oleh auditor . Karena informasi datang dari sumber yang independen dari klien, konfirmasi ini snagant dihargai dan merupakan jenis bukti yang sering digunakan. Akan tetapi, informasi agak menelan biaya dan dapat menyulitkan bagi orang yang diminta untuk memberikannya. Oleh karen aitu, konfirmasi tidak selalu digunakan dalam setiap kesempatan meskipun dapat dilakukan.
· Dokumentasi adalah pemeriksaan auditor atas dokumen – dokumen dan catatan klien untuk melengkapi informasi yang dicantumkan atau harus dicantumkan dalam laporan keuangan.
· Observasi adalah indera untuk menilai kegiatan tertentu. Selama proses audit berjalan terdapat banyak kesempatan untuk menggunakana penglihatan, pendengaran, perasaan, dan penciuman untuk menilai berbagai macam hal. Contohnya mungkin auditor perlu meninjau lokasi pabrik untuk mengetahui fasilitas yng di miliki oleh kliennnya,.
· Pertanyaan terhadap klien adalah usaha memperoleh informasi tertulis atau lisan dari klien sebagai jawaban atas pertanyaan auditor. Meskipun banyak bukti diperoleh dari klien mellaui pertanyaan, bukti utu biasanya tidak dapat dianggap meyakinkan karena sumbernya tidak independen dan dapat bersifat berat sebelah yang menguntungkan klien.
· Ketetaan mekanis menyangkut penelitian kembali terhadap sampel penghitungan dan pemindahan informasi yang dibuat oleh klien selama periode yang diaudit. Penelitian mencakup prosedur seperti pengalian kembali faktur penjualan dan persediaan barang, penjumlahan angka – angka jurnal dll.
· Pengujian analitis yaitu untuk memisahkan perkiraan atau transaksi yang harus diselidiki dengan dengan lebih teliti, untuk menentukan apakah verifikasilanjutan diperlukan. (buku hal 181)
Pengertian KKP
KKP adalah catatan yang disimpan oleh auditor dari prosedur yang diterapkan, ujiang yang dilakukan . Informasi yang diperoleh, dan kesimpulan yang berhubungan yang dicapai dalam perjanjian.
Tujuan KKP
Menguatkan kesimpulan auditor atas laporan keunagan audit.
Menguatkan kesimpulan auditor dan kompetensi auditing
Mengkoordinasi dan mengorganisasi semua tahap audit
Merupakan pedoman dalam audit selanjutnya.
Top schedule adalah bagian dari kertas kerja yang mengenai angka – angka
Supporting schedule adalah bagian terbesar dari kertas kerja yang mencakup schedule terinci yang disiapkan oleh auditor untuk mendukung angka – angka keuangan tertentu dalam laporan. Supporting schedule ini terdiri dari analisis, daftar atau neraca percobaan, rekonsiliasi angka, pengujian kelayakan, ringhkasan prosedur, pemeriksaan dokumen pendukung, bersifat sebagai informasi, dokumentasi luar. (buku hal 191)
File permanent adalah pengarsipan dari kertas kerja audit atau kertas kerja pemeriksaan yang dikumpulkan oleh auditor yang mempunyai manfaat lebih dari 1 tahun.
Current file adalah pengarsipan kertas kerja audit atau kertas kerja pemeriksaan yang dikumpulkan auditor yang mempunyai manfaat kurang dari 1 tahun.
Prosedur analitis (pengujian analitis) di definisikan dalam PSA 22 (SA329) sebagai Evaluasi atas informasi keuangan yang di lakukan dengan mempelajari hubungan logis antara data keuangan dan non keunagan …. Meliputi perbandingan jumlah-jumlah yang tercatat dengan ekspektasi auditor.
Jenis prosedur analitis :
Membandingkan data klien dengan industri
Membandingkan data klien dengan data yang serupa pada periode sebelumnya
Membandingkan data klien dengan data yang di perkirakan oleh klien
Membandingkan data klien dengan data yang di perkirakan oleh auditor
Tujuan prosedur analitis karena prosedur analitis dibutuhkan selama fase perencanaan dan penyelesain atas semua audit dan tanpa adanya prosedur analitis tersebut fase perencanaan dan penyelesaian tidak akan dapat dilakukan dalam semua audit.
2. Tujuan perencanaan audit yaitu agar dia memperoleh bukti kuat yang mencukupi dala situasinya pada saat itu, untuk membantu menekan biaya audit, dan untuk menghindari salah pengertian dengan klien . (buku hal 206)
Tujuan perencanaan audit adalah untuk menentukan why, how, when dan by whom sebuah audit akan dilaksanakan. Aktivitas perencanaan audit meliputi:
· Penetapan ruang lingkup dan tujuan audit
· Pengorganisasian tim audit
· Pemahaman mengenai operasi bisnis klien
· Kaji ulang hasil audit sebelumnya (jika ada)
· Mengidentifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi resiko audit
· Penetapan resiko dalam lingkungan audit, misalkan bahwa inherent risk, control risk dan detection risk dalam sebuah on-line processing, networks, dan teknologi maju database lainnya akan lebih besar daripada sebuah sistem akuntansi manual
Mengapa auditor sangat perlu mempelajari perencanaan audit ?
Sebelum auditor memutuskan untuk menerima penugasan audit, auditor harus yakin bahwa dia mampu untuk menyelesaikan audit sesuai dengan seluruh standar profesional yang ditetapkan termasuk standar-standar auditing yang diterima umum, Kode Etik Akuntan Indonesia dan standar-standar pengawasan mutu. Langkah-langkah penting dalam menerima penugasan termasuk mengevaluasi integritas manajemen, mengidentifikasi kondisi-kondisi khusus dan risiko-risiko yang tidka biasa, memperkirakan kompetensi, mengevaluasi integritas manajemen, mengidentifikasi kondisi-kondisi khusus dan risiko-risiko yang tidak biasa, memperkirakan kompetesni, mengevaluasi independensi, menentukan apakah penugasan dapat diselesaikan dengan cermat dan seksama, serta membuat surat perjanjian.
Perencanaan yang tepat merupakan hal yang sangat penting dalam pekerjaan audit. Langkah-langkah perencanaan meliputi kegiatan-kegiatan memperoleh pemahaman tentang industri dan usaha klien, melaksanakan prosedur-prosedur analisis, membuat judgement awal tentang tingkat materialitas, mempertimbangkan risiko audit, menyusun strategi audit awal untuk asersi-asersi yang signifikan, dan memperoleh pemahaman tentang struktur pengendalian interen klien.
Daftar pertanyaan:
Jelaskan kelemahan cara-cara auditor dalam mengevaluasi integritas manajemen!
Perlukah auditor berkomunikasi dengan auditor lama?
Apa yang dimaksud dengan common size financial statement?
Apa yang dimaksud dengan spesialis dalam konteks topik ini dan mengapa antara auditor, klien dan spesialis harus mempunyai kesamaan pengertian sifat pekerjaan yang harus dikerjakan oleh spesialis?
Apa yang dimaksud dengan integritas manajemen sampai-sampai memiliki pengaruh terhadap kemungkinan terjadinya salah saji material?
Bagaimana auditor tahu bahwa saldo awal itu wajar, jika pada tahun sebelumnya laporan keuangan diaudit oleh auditor lain?
Tanggung jawab auditan dalam auditing
- Memberikan keterangan yang sebenarnya
- Tidak memberi batasan kepada auditor dalam melakukan audit
- Menerima hasil audit

Tanggung jawab manajemen dalam auditing
Manajemen bertanggung jawab untuk menerapkan kebijakan akuntansi yang sehat dan untuk membangun dan memelihara pengendalian intern yang akan, di antaranya, mencatat, mengolah, meringkas, dan melaporkan transaksi (termasuk peristiwa dan kondisi) yang konsisten dengan asersi manajemen yang tercantum dalam laporan keuangan. Transaksi entitas dan aktiva, utang, dan ekuitas yang terkait adalah berada dalam pengetahuan dan pengendalian langsung manajemen. Pengetahuan auditor tentang masalah dan pengendalian intern tersebut terbatas pada yang diperolehnya melalui audit. Oleh karena itu, penyajian secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia merupakan bagian yang tersirat dan terpadu dalam tanggung jawab manajemen. Auditor independen dapat memberikan saran tentang bentuk dan isi laporan keuangan atau membuat draft laporan keuangan, seluruhnya atau sebagian, berdasarkan informasi dari manajemen dalam pelaksanaan audit. Namun, tanggung jawab auditor atas laporan keuangan auditan terbatas pada pernyataan pendapatnya atas laporan keuangan tersebut.

Isi surat tugas audit
Tugas yang dibeban kan pada auditor untuk melakukan audit atau menyusun laporan keuangan
Adanya pemisahan tanggung jawab antara auditor & manajemen
Adanya fee audit yang disepakati
Tanggal muali audit, tanggal menyelesaikan audit dan tanggal menyerahkan hasil laporan aaudit.
Bantuan tenaga kepada auditir dari manajemen untuk pembuatan lampiran laporan audit
Konsep materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi, yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya., dapat mengakibatkan perubahan atas atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan terhadap informasi tersebut, karena adanya penghilangan atau salah saji. Dalam hal ini auditor perlu mempertimbangkan :
1. keadaan yang berkaitan dengan entitas dan
2. kebutuhan informasi pihak yang akan meletakkan kepercayaan atas laporan keuangan auditan.
Berdasarkan pertimbangan biaya-manfaat, auditor tidak mungkin melakukan pemeriksaan atas semua transaksi yang dicerminkan dalam laporan keuangan. Auditor harus menggunakan konsep materialitas dan konsep risiko audit dalam menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan. Konsep materialitas berkaitan dengan seberapa besar salah saji yang terdapat dalam asersi dapat diterima oleh auditor agar pemakai laporan keuangan tidak terpengaruh oleh besarnya salah saji tersebut. Konsep risiko audit berkaitan dengan risiko kegagalan auditor dalam mengubah pendapatnya atas laporan keuangan yang sebenarnya berisi salah saji material. Materialitas dibagi menjadi dua golongan, yaitu materialitas pada tingkat laporan keuangan dan materialitas pada tingkat saldo akun. Risiko audit juga digolongkan menjadi dua, yaitu risiko audit keseluruhan dan risiko audit individual
Kepentingannya yaitu supaya auditor dapat memberikan keyakinan seperti berikut :
1. Auditor dapat memberikan bahwa jumlah –jumlah ayng disajikan dalam alporan keuangan beserta pengungkapannya telah dicatat, diringkas, digolongkan, dan dikompilasi.
2. Auditor dapat memberikan keyakinan bahwa ia telah mengumpulkan bukti audit kompeten yang cukup sebagai dasar memadai untuk memberikan pendapat atas laporan keuangan auditan.
3. Auditor dapat emmberikan keyakinan dalam bentuk pendapat, bahwa laporan keuangan sebagai keseluruhan disajikan secara wajar dan tidak terdapat salah saji material karena kekeliruan dan kecurangan.
Risiko Akseptabilitas Audit (Risiko Audit yang Dapat Diterima), yaitu suatu ukuran kesediaan auditor untuk menerima bahwa laporan keuangan (LK) mungkin saja salah saji material setelah audit selesai dan pendapat wajar tanpa pengecualian dikeluarkan.Risiko Inheren (Risiko Bawaan), yaitu suatu ukuran penilaian auditor atas kemungkinan terdapat salah saji material dalam saldo akun, sebelum mempertimbangkan efektifitas pengendalian intern.Penilaian terhadap kedua risiko ini penting dalam perencanaan audit, karena penilaian tersebut mempengaruhi jumlah bahan bukti yang harus dikumpulkan dan staf yang harus ditugaskan. Contoh; Jika risiko inheren untuk persediaan tinggi karena masalah valuasi yang rumit, semakin banyak bahan bukti yang harus dikumpulkan dan lebih banyak staf berpengalaman untuk ditugaskan dalam area ini.
Resiko pengendalian, resiko ini bergantung pada apak pengendalian internal klien efektif untuk melakukan pencegahan atau deteksi pencegahan .
Resiko diteliti memasalahkan kemungkinan auditor untuk menemukan kesalahan yang material setelah melakukan prosedur audit , dengan asumsi bahwa system pengendalian internal telah gagal menemukan kesalahan tersebut serta memperbaikinya.
3. Pengujian substantive pengujian substantif sangat ditentukan oleh risiko deteksi yang ditetapkan oleh auditor. Desain pengujian substantif mencakup penentuan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang diperlukan untuk memenuhi tingkat risiko deteksi setiap asersi. Auditor dapat menggunakan jenis pengujian substantif berikut, yaitu prosedur analitik, pengujian terhadap transaksi terperinci, dan pengujian terhadap saldo terperinci. Pengujian substantif dapat dilaksanakan sebelum tanggal neraca dan pada atau mendekati tanggal neraca, tergantung risiko deteksi yang ditetapkan oleh auditor. Rerangka umum pengembangan program audit untuk pengujian substantif adalah sebagai berikut,
· tentukan prosedur awal audit,
· tentukan prosedur analitik yang perlu dilaksanakan,
· tentukan pengujian terhadap transaksi terperinci,
· tentukan pengujian terhadap akun terperinci
.Pengujian pengendalian adalah prosedur audit yang dilaksanakan untuk menentukan efektivitas desain dan/atau operasi kebijakan dan prosedur pengendalian intern. Berbagai pengujian pengendalian dapat dipilih oleh auditor dalam pelaksanaan auditnya, yaitu sebagai berikut.
1. Pengujian pengendalian bersamaan (concurrent tests of controls), yang terdiri dari prosedur untuk memperoleh pemahaman dan sekaligus untuk mendapatkan bukti tentang efektivitas pengendalian intern.
2. Pengujian pengendalian tambahan, yang merupakan pengujian yang biasanya dilaksanakan oleh auditor jika, berdasarkan hasil pengujian pengendalian bersamaan yang memperlihatkan pengendalian intern yang efektif, auditor kemudian mengubah strategi auditnya dari pendekatan terutama substantif ke pendekatan risiko pengendalian rendah.
3. Pengujian pengendalian yang direncanakan, yang merupakan pengujian yang dilaksanakan untuk menentukan taksiran awal risiko pengendalian moderat atau rendah sesuai dengan tingkat pengujian substantif yang direncanakan.
4. Pengujian dengan tujuan ganda (dual-purpose tests), yang merupakan pengujian yang desain sedemikian rupa sehingga auditor dapat mengumpulkan bukti tentang efektivitas pengendalian intern sekaligus dapat mengumpulkan bukti tentang kekeliruan moneter dalam akun.




Kompetensi Bahan Bukti. Mengacu kepada reliabilitas bahan bukti, sejauh mana bahan bukti tersebut dapat diyakini kebenarannya.
7 Karakteristik kompetensi bahan bukti :
Relevansi. Bahan bukti yang dikumpulkan harus selaras dengan tujuan audit.
Independensi penyedia data. Bahan bukti/data yang berasal dari sumber luar lebih dapat dipercaya daripada data yang berasal dari dalam perusahaan.
Efektifitas Pengendalian Intern. Bahan bukti yang diperoleh dari suatu perusahaan yang memiliki pengendalian intern yang efektif lebih dapat diandalkan daripada jika pengendalian intern lemah
Pemahaman langsung yang diperoleh auditor. Informasi yang diperoleh langsung sendiri oleh auditor lebih dapat diandalkan daripada jika informasi tersebut berasal dari orang lain
Kualifikasi orang yang menyediakan informasi. Informasi dari orang yang memiliki kualifikasi lebih dapat dipercaya daripada informasi yang berasal dari orang yang tidak memiliki kualifikasi.
Tingkat Obyektifitas. Bahan bukti obyektif adalah bahan bukti yang bersumber dari luar/ekstern perusahaan, seperti konfirmasi, faktur pembelian dll. Bahan bukti subyektif adalah bahan bukti yang bersumber dari intern perusahaan, seperti salinan faktur penjualan, ayat-ayat jurnal, dll.
Ketepatan Waktu. Ketepatan waktu ini mengacu, baik kepada kapan bahan bukti tersebut dikumpulkan, dan periode akuntansi yang dicakup oleh audit.
Kecukupan Bahan Bukti. Mengacu kepada jumlah bahan bukti yang dikumpulkan, berapa besar ukuran sampel yang akan diambil.
2 faktor yang mempengaruhi keputusan ukuran sampel adalah:
1. Ekspektasi auditor akan kemungkinan salah saji material
2. Efektifitas pengendalian intern klien

4.DOKUMENTASI KKP AUDIT PLANNING
Dokumentasi KKP Perencanaan Audit (audit planning) meliputi :
· Pemahaman Bisnis Klien; agar perencanaan audit dapat dibuat dengan sebaik-baiknya, auditor harus benar-benar memahami bisnis klien. Dengan demikian, auditor akan dapat mengetahui kejadian-kejadian atau hal-hal yang dapat mempengaruhi laporan keuangan perusahaan dan juga mempengaruhi penugasan audit. Pemahaman bisnis klien mencakup pemahaman mengenai faktor internal perusahaan (seperti sejarah pendirian perusahaan, kepemilikan/permodalan, struktur organisasi dan manajemen, transaksi afiliasi, sifat dan jenis operasional/kegiatan usaha perusahaan, finansial dan kepegawaian, perpajakan dan lainnya) dan faktor eksternal (seperti industri perusahaaan meliputi pelanggan utama, pemasok utama, pesaing utama, kondisi industri pada umumnya, hukum dan peraturan yang berdampak terhadap perusahaan, prospek bisnis dan lainnya). Prosedur pemahaman bisnis klien harus didokumentasikan secara memadai.
· Pemahaman Proses Akuntansi;
· Penilaian Struktur Pengendalian Internal; sebaik apapun struktur pengendalian internal yang disusun manajemen, selalu ada risiko bawaan di dalamnya. Penilaian terhadap struktur pengendalian internal dapat dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan overview terhadap proses akuntansi perusahaan. Proses ini akan berguna untuk menentukan tingkat risiko pengendalian untuk mendeteksi potensi salah saji yang material dalam laporan keuangan. Prosedur ini harus didokumentasikan secara memadai.
· Penetapan Risiko Pengendalian;
· Melakukan Analisa Awal; yang umum digunakan adalah data gabungan baik data keuangan maupun non-keuangan (analytical review). Tujuan utama penerapan analisa awal (analytical review) adalah untuk mendeteksi kemungkinan adanya akun-akun laporan keuangan yang kewajarannya diragukan (mengevaluasi kelayakan informasi keuangan) serta sebagai langkah awal untuk menentukan luasnya prosedur audit substantif lanjutan yang harus dilakukan. Selain itu, prosedur analytical review juga diperlukan untuk menentukan perlunya penerapan prosedur audit tambahan atas suatu akun laporan keuangan. Beberapa metode Analytical Review yang sering dilakukan Auditor dalam praktek adalah analisa comparative serta analis rasio keuangan.
· Menentukan Tingkat Materialitas; laporan keuangan mengandung salah saji material apabila salah saji yang terkandung di dalam laporan keuangan, baik individual atau keseluruhan, berdampak cukup signifikan sehingga dapat mengakibatkan laporan keuangan tidak disajikan secara wajar. Penentuan tingkat materialitas dapat secara kuantitatif maupun kualitatif. Prosedur penentuan tingkat materialitas harus didokumentasikan secara memadai.
· Membuat Audit Program; design audit program harus fleksibel, dalam arti harus sesuai dengan faktor-faktor yang mempengaruhi klien dan penugasan audit. Program audit yang tercetak/baku memiliki beberapa kelemahan seperti pola pikir auditor terbatasi, daya analisa cenderung tidak berkembang serta kurangnya kepekaan terhadap permasalahan yang dihadapi.
Setelah tahapan-tahapan di atas terlaksana, selanjutnya adalah tahapan pemeriksaan. Auditor melakukan pemeriksaan berdasarkan perencanaan audit yang telah disusunnya, dalam rangka memperoleh bukti-bukti kompeten yang cukup untuk mendukung pendapat auditor mengenai kewajaran laporan keuangan.

TAHAPAN PEMERIKSAAN
Adapun jenis pengujian yang umumnya dilakukan dalam pekerjaan pemeriksaan adalah :
· prosedur untuk memperoleh pemahaman atas pengendalian intern
· pengujian atas pengendalian intern
· pengujian substantif transaksi
· pengujian detail transaksi
· prosedur analitik
Prosedur-prosedur yang dilaksanakan selama pekerjaan pemeriksaan pada umumnya meliputi :
· pemeriksaan fisik
· konfirmasi
· dokumentasi
· observasi/pengamatan
· tanya jawab dengan klien
· penelaahan kembali
· estimasi dari hasil prosedur analitik
Prosedur-prosedur tersebut di atas harus didokumentasikan secara memadai.

PENYELESAIAN AUDIT
Penerbitan laporan auditor independen merupakan tujuan akhir dari suatu pekerjaan pemeriksaan. Seluruh bukti audit yang telah diperoleh dalam pekerjaan pemeriksaan akan dikumpulkan dan dianalisa sebagai bahan pertimbangan pemberian opini auditor dalam laporan auditor independen.
Prosedur lainnya yang harus dilakukan dalam tahap akhir pekerjaan pemeriksaan adalah pemeriksaan kejadian penting setelah tanggal neraca. Prosedur yang umum digunakan adalah dengan cara membandingkan laporan keuangan yang terbit setelah tanggal neraca, sebelum tanggal laporan auditor. Prosedur ini harus didokumentasikan secara memadai.
Setelah itu, representasi manajemen harus diperoleh dan didokumentasikan sebagai bagian dari kertas kerja pemeriksaan.

0 komentar:

  © Edited by Mira Mind's July 2009

Back to TOP